Beberapa
hari ini, lebih sering berada di luar zona aman. Ya, di sekolah dan di ‘luar’ kampus.
Lebih giat mendatangi sekolah untuk melakukan penelitian studiku. “Ibu…” Aha…mulai
terbiasa lagi dipanggil itu oleh siswa. Terakhir, 3 semester yang lalu saat
PPL.
Di
sekolah, seperti biasa, aku cenderung mengamati ‘penghuni’ disana. Ku perhatikan
perilaku siswa pada guru, sesama siswa, dan sesama guru. Begitu unik dan
menarik. Cara mereka belajar, pola pikir mereka dan pergaulan mereka.
Memang
begitulah siswa, dengan ragam karakter dan intelijensi. Ahiya, aku ingat ucapan
seorang Guru di sekolah ini; “Bunda” biasanya beliau dipanggil siswa, “Ibu tidak
pernah bermasalah dengan siswa. Bagi Ibu, mereka itu semua sama. Tidak ada yang
bodoh, tidak ada yang nakal…” Jarang ada guru (matematika) se’canggih’ ini.
Atau mungkin aku yang link nya sempit
ya..??? :p
Saya
ingat beberapa nasihat mutiara dari guru saya ….
“Lebih baik kalian menjadi bangkai di dalam hutan
daripada tinggal di dalam masyarakat. Kalau di hutan, orang tak akan tahu ‘busuknya’
kalian. Tapi, kalau di dalam masyarakat, “busuknya” kalian akan tercium dan
dijauhi orang.” (Ibu Nurlela Harahap, Guru IPA SMP N 4 Plg)
“Setelah kalian menyalami guru,jangan
langsung berbalik (badan). Mundurlah dulu beberapa langkah.” (Ibu Rubayah,
Guru Bahasa Indonesia SMA N 18 Plg)
***
Nah,
kalau di ‘luar’ kampus… Ceritanya, saya mendapat tugas mulia dari Dosen saya,
menggantikan beliau masuk kelas. sekedar untuk menjaga mahasiswa yang diberi
tugas individu. Pukul 08.10 aku berada di ruangan itu. Cukup terlambat 10 menit
karena ada kendala. Tapi, kendala sebenarnya bagiku adalah, mahasiswa yang
hadir hanya 7 orang. Saat aku masuk, aku yang paling cantik. Ngerti?
Setelah
ku memastikan ruangan ini benar, ku meminta mereka mengambilkan absen. Ku harap
mereka langsung bergerak mengambilkan. Tapi nyatanya, harus ku ulangi
permintaanku. “Kalian dak punya
absen?” Itu pun masih belum bergerak. (Sebenarnya mereka ini manusia bukan? Aarghhh!) Dengan sedikt cengengesan,
barulah salah satu dari mereka mengambilkan. Kalau saja aku tahu persis sudut
gedung ini, pastinya telah ku ambil sendiri.
Aku
terheran dan merenungkan sesuatu. Apa mereka terbiasa melakukan hal ini ke
dosen? Kuliah jam 8, baru datang 7 orang. Jam 8.30 baru (hampir) lengkap. Adalah
wajar kalau mereka itu rumah/kosannya di luar daerah. Lah, ini… kampus dan
tempat tinggal masih 1 daerah! Belum lagi, sebagian dari mereka punya kendaraan
pribadi yang memustahilkan mereka terlambat hadir, kecuali faktor alam. Tapi
yang ada? Astaghfirullaaaah…
Belum
lagi, aku mengingat ungkapan dosenku ini di hari sebelumnya, “mahasiswa
(menyebutkan salah satu fak) dak galak nian kalo ganti hari. Misalnyo, mereka
tu ado yang kosong, aku nak nambah jam, dak galak mereka.” Haaah?? Alangkah
beraninya oknum mahasiswa (sekarang) menolak ‘ilmu’. Mungkin mereka belum
pernah nonton ‘3 idiots’ ya.. Kalian mau nyari ilmu apa cuma nilai sih? -_-“
Nah,
sewaktu PPL kemarin, aku terlambat, berbarengan dengan seorang siswa yang
rumahnya masih sekampung denganku. “Ngapo telat jugo?” “Yo dak pacak Bu, kadang
macet. Kan jao. Laen kalu aku motor..” Aku menyimpulkan senyum. Ah, ini
mengajari kita untuk tak bermanja, Nak.
Entah,
ini luapan emosiku (mungkin). Tapi, cobalah mereka menyadari, betapa
beruntungnya mereka yang menjenjangi bangku kuliah dengan fasilitas plus plus. Andai mereka terbiasa
merakyat, akan mereka temui pengamen, para remaja di tepi jalan, yang begitu
menginginkan sebuah title, “mahasiswa”.
Apakah
‘mahasiswa’ dengan berlakon seperti itu masih perlu dimaklumi sebagai ‘siswa’?
Rasanya tidak! Mahasiswa sudah harus mandiri, mulai sadar diri, mengaktivasi
segala potensi. Memperoleh ilmu untuk dimanfaatkan, bukan mengejar nilai untuk
dibanggakan. Bukan lagi untuk bermanja, dibangunkan orang tua untuk mandi. Atau
dimandiin juga? Oh nooooo!!! Berhenti
sajalah jadi mahasiswa..
Sungguh
disayangkan aku tergolong ‘cukup ideal’ dalam pemikiran. Jika ada larangan,
jangan dilakukan. Jika ada perintah, segera lakukan. Ini bukan tentang bisa
atau tidaknya kita mengamalkan ilmu, tapi lebih dari itu. Mau atau tidaknya kita
memperoleh ilmu..
Kalau
seperti ini, aku jadi tertarik mendidik mahasiswa..
#RefleksiSesepuhSemesterSepoeloeh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar