Islam adalah Din Asy-Syamil (sistem hidup yang lengkap) dan Din Al Quwwah
(sistem hidup yang tangguh). Tak ada satu sistem pun di dunia ini yang dapat
memberikan resep kebangkitan dengan mabda (fondasi, dasar, landasan) dan manhaj
(jalan, pola, metode) yang luas, jelas dan tegas, sebagaimana yang telah
ditampilkan Islam.
Umat yang ingin jaya harus bangkit dan ini memerlukan kekuatan. Untuk memperoleh kekuatan itu tentu umat harus beriltizam terhadap Islam. Karena Islam Din Al Quwwah, dan hanya Islam yang memiliki konsep jihad yang sempurna. Sedangkan kuat dan rapuhnya umat ini sangat tergantung kepada semangat jihad yang ada pada mereka. Dapat dikatakan untuk maju, umat ini harus mulai mengobarkan jihad Melihat perkembangan da'wah islamiyah yang cukup baik dewasa ini, dapat memberikan obat penawar bagi hati kita yang duka setelah umat ini 'tidur panjang'. Disi lain kita harus memandang sebagai suatu hal yang memiliki prospektif yang penuh tantangan.
Karena dengan perkembangan da'wah maka semakin banyak dituntut lahirnya rijalud da'wah dalam arti orang yang memiliki kejantanan, kepahlawanan sejalan dengan semakin banyaknya tantangan yang datang dari musuh Islam. Rijalud da'wah adalah sosok pribadi yang ikhlas dan siap memenuhi panggilan rabbani dan tidak mengutamakan kepentingan pribadi (Vested interst). Sejarah telah membuktikan bahwa setiap jaman dan tempat tidak pernah luput dari rijal yang memiliki vitalitas jihad, menegakkan ajaran Allah menegakkan al haq. Walaupun, dalam memperjuangkannya penuh dengan pengorbanan dan gangguan. Mereka dihina, diejek, ditangkap, diboikot, bahkan ada yang ditembak mati di tempat. Tetapi itu semua tidak membuat rijal yang telah menjadikan da'wah sebagai jalan hidupnya surut ke belakang.
Dan karakter seperti tersebut di atas juga sudah barang tentu akan tetap dimiliki oleh rijalud da'wah yang lahir pada masa sesudahnya sampai kapan pun. Dengan demikian Insya Allah jihad memiliki prospektif yang sangat cerah.
Untuk menjadikan jalan jihad ini tetap lestari tentunya dibutuhkan rijal-rijal yang selalu membersihkan diri dan selalu ingat kepada Allah serta mampu memimpin diri dan umat.
Memang tidak setiap individu bisa menjadi rijal yang ada di jalan Allah kecuali mereka yang memiliki jiwa mulia dan tinggi. Tidak ada jalan yang lebih tinggi daripada menyambut seruan Allah dan tidak ada tujuan mulia kecuali menegakkan kalimat Allah sampai mendapatkan mati syahid. Apabila setiap individu menyadarinya tentu mereka akan berlomba-lomba berjihad, sebab bukankah mati syahid merupakan cita-cita yang tertinggi? Jika umat mau meniti jalan Islam, maka apa yang dicita-citakannya akan tercapai. Jihad merupakan salah satu jalan untuk membuktikannya. Dengan jihad umat akan memiliki Izzatun Nafs atau Self Confidence. Dengan izzahnya itu dia akan benar-benar membela kehormatannya dengan darah dan jiwanya. Sehingga kehormatan yang diberikan oleh Allah bukan sekadar cita-cita tetapi juga sebagai realita, bukan hanya keinginan dan lamunan tetapi juga sebagai suatu kenyataan. Allah SWT berfirman: " Kamu adalah sebaik-baiknya umat yang ditampilkan untuk manusia" (QS. 3: 110).
Masa depan jihad harus dirancang sejak dini sebab jihad adalah jalan suci yang harus ditempuh setiap mukmin dan penuh dengan tantangan. Tidak dapat dibenarkan berjihad secara sporadis (serampangan). Jihad harus dilakukan secara manhaji yang melengkapi unsur-unsur: Qiyadah (pemimpin), Al Junud (Anggota), tujuan, pola dan program. Rintisan jihad yang manhaji sudah dimulai meskipun baru sebagai embrio. Dalam syariat Islam jihad dilakukan untuk memelihara eksistensi dan keseimbangan hukum Allah, menyingkirkan semua rintangan yang menghambat da'wah Islam. Karena itu jihad kini hukumnya menjadi fardlhu ain bagi setiap individu yang mengaku mu'min. Kesadaran akan hukum jihad yang demikian penting, sudah mulai tumbuh di kalangan generasi muda muslim. Jihad lebih dituntut lagi setelah melihat adanya kondisi obyektif sekarang ini, di mana banyak pihak yang ingin mengeliminir apapun yang berwarna Islam. Negara-negara Islam kini menjadi ajang perebutan Yahudi dan Nashrani. Untuk itulah diperlukan rijal-rijal pilihan yang memiliki keterlibatan dan keterikatan dan aktifitas jihad dalam rangka mengantisipasi usaha dan gerakan mereka. Keterlibatan seseorang dalam jihad tentunya merupakan mata rantai yang berproses. Dijalan jihad akan tampak orang-orang yang merupakan generasi pilihan.
Dengan demikian, sebagai seorang muslim tentu kita harus optimis dalam memandang masa depan karena kita yakin masa depan di tangan Islam, apabila kita maju bersama Allah dan menjadikan jihad sebagai sarananya. Pernyataan bahwa ' masa depan di tangan Islam ', bukanlah semata-mata isapan jempol atau omong kosong, tetapi ia merupakan hal yang dapat dipertanggungjawabkan karena banyaknya bukti dan alasan kuat. Jadi jihad fi sabilillah merupakan jalan Allah yang harus ditempuh tanpa keraguan dan kebimbangan. Manusia memang selalu dihadapkan pada dua pilihan. Mengikuti Al Haq atau Al Bathil. Dua kutub yang beda ini tidak mungkin akan saling bertemu. Al Haq adalah sesuatu yang bersumber dari Allah.
"Kebenaran itu datangnya dari Rabb-mu, maka janganlah kamu meragukannya". (QS. 2: 147 )
Kebenaran itu kokoh dan kuat tidak terkalahkan. Kemenangannnya pasti dan nyata. Ia bertahta di setiap hati manusia yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di Jalan Rabbani. Sedangkan kebathilan sangat rapuh, teramat lemah dan nisbi. Tidak memiliki kekuatan dan pasti kalah. Ia menyalahi sunnatullah. Dalam Al Qur'an kebathilan di umpamakan Allah dengan buih yang lemah tiada arti.
Kini sudah saatnya kita untuk berpihak kepada al haq secara totalitas tanpa harus berpaling pada yang lainnya. Keberadaan kita harus merupakan anatema (lawan ) dari kebohongan. Masa depan jihad tergantung bagaimana generasi muda Islam dalam mempersiapkan mentalnya sehingga ia mengerti dan mempunyai pandangan yang jelas tentang medan jihad yang akan ia geluti. Sesungguhnya jihad fisabilillah itu mengandung hakikat pertarungan antara haq dan bathil. Ia merupakan arena untuk menentukan siapakah di antara manusia yang berkualitas dan menjadi pilihan Allah. Adapun janji Allah yang merupakan jaminan kemenangan bagi kaum mukmin banyak sekali disebutkan dalam Al Qur'an. Di antaranya firman Allah: "Mereka hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka, akan tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir tidak menyukainya". (QS. 61: 8 )
Meskipun, mungkin saja di satu tempat Islam redup, akibat kendornya semangat jihad di tempat itu, tetapi di dunia ini tidak akan mungkin Islam hilang karena Allah selalu membangkitkan di antara hamba-Nya orang-orang yang istiqamah dalam perjuangan dan mempertahankan al haq. Rasulullah SAW bersabda: "Senantiasa ada di antara umatku yang berdiri tegak membela kebenaran yang tidak terpengaruh oleh perlawanan dari musuh" (HR. Bukhari dan Muslim)
Di samping itu, di hadapan mata kita terpampang kebangkitan umat Islam di mana-mana, di tempat yang jauh ataupun dekat dan Insya Allah kita meyakini sedalam-dalamnya, gelombang kebangkitan jihad dan Islam tidak akan ada yang bisa membendungnya. Amin. sumber : tarbiyah.pk.or.id
#BungaRampai4
Umat yang ingin jaya harus bangkit dan ini memerlukan kekuatan. Untuk memperoleh kekuatan itu tentu umat harus beriltizam terhadap Islam. Karena Islam Din Al Quwwah, dan hanya Islam yang memiliki konsep jihad yang sempurna. Sedangkan kuat dan rapuhnya umat ini sangat tergantung kepada semangat jihad yang ada pada mereka. Dapat dikatakan untuk maju, umat ini harus mulai mengobarkan jihad Melihat perkembangan da'wah islamiyah yang cukup baik dewasa ini, dapat memberikan obat penawar bagi hati kita yang duka setelah umat ini 'tidur panjang'. Disi lain kita harus memandang sebagai suatu hal yang memiliki prospektif yang penuh tantangan.
Karena dengan perkembangan da'wah maka semakin banyak dituntut lahirnya rijalud da'wah dalam arti orang yang memiliki kejantanan, kepahlawanan sejalan dengan semakin banyaknya tantangan yang datang dari musuh Islam. Rijalud da'wah adalah sosok pribadi yang ikhlas dan siap memenuhi panggilan rabbani dan tidak mengutamakan kepentingan pribadi (Vested interst). Sejarah telah membuktikan bahwa setiap jaman dan tempat tidak pernah luput dari rijal yang memiliki vitalitas jihad, menegakkan ajaran Allah menegakkan al haq. Walaupun, dalam memperjuangkannya penuh dengan pengorbanan dan gangguan. Mereka dihina, diejek, ditangkap, diboikot, bahkan ada yang ditembak mati di tempat. Tetapi itu semua tidak membuat rijal yang telah menjadikan da'wah sebagai jalan hidupnya surut ke belakang.
Dan karakter seperti tersebut di atas juga sudah barang tentu akan tetap dimiliki oleh rijalud da'wah yang lahir pada masa sesudahnya sampai kapan pun. Dengan demikian Insya Allah jihad memiliki prospektif yang sangat cerah.
Untuk menjadikan jalan jihad ini tetap lestari tentunya dibutuhkan rijal-rijal yang selalu membersihkan diri dan selalu ingat kepada Allah serta mampu memimpin diri dan umat.
Memang tidak setiap individu bisa menjadi rijal yang ada di jalan Allah kecuali mereka yang memiliki jiwa mulia dan tinggi. Tidak ada jalan yang lebih tinggi daripada menyambut seruan Allah dan tidak ada tujuan mulia kecuali menegakkan kalimat Allah sampai mendapatkan mati syahid. Apabila setiap individu menyadarinya tentu mereka akan berlomba-lomba berjihad, sebab bukankah mati syahid merupakan cita-cita yang tertinggi? Jika umat mau meniti jalan Islam, maka apa yang dicita-citakannya akan tercapai. Jihad merupakan salah satu jalan untuk membuktikannya. Dengan jihad umat akan memiliki Izzatun Nafs atau Self Confidence. Dengan izzahnya itu dia akan benar-benar membela kehormatannya dengan darah dan jiwanya. Sehingga kehormatan yang diberikan oleh Allah bukan sekadar cita-cita tetapi juga sebagai realita, bukan hanya keinginan dan lamunan tetapi juga sebagai suatu kenyataan. Allah SWT berfirman: " Kamu adalah sebaik-baiknya umat yang ditampilkan untuk manusia" (QS. 3: 110).
Masa depan jihad harus dirancang sejak dini sebab jihad adalah jalan suci yang harus ditempuh setiap mukmin dan penuh dengan tantangan. Tidak dapat dibenarkan berjihad secara sporadis (serampangan). Jihad harus dilakukan secara manhaji yang melengkapi unsur-unsur: Qiyadah (pemimpin), Al Junud (Anggota), tujuan, pola dan program. Rintisan jihad yang manhaji sudah dimulai meskipun baru sebagai embrio. Dalam syariat Islam jihad dilakukan untuk memelihara eksistensi dan keseimbangan hukum Allah, menyingkirkan semua rintangan yang menghambat da'wah Islam. Karena itu jihad kini hukumnya menjadi fardlhu ain bagi setiap individu yang mengaku mu'min. Kesadaran akan hukum jihad yang demikian penting, sudah mulai tumbuh di kalangan generasi muda muslim. Jihad lebih dituntut lagi setelah melihat adanya kondisi obyektif sekarang ini, di mana banyak pihak yang ingin mengeliminir apapun yang berwarna Islam. Negara-negara Islam kini menjadi ajang perebutan Yahudi dan Nashrani. Untuk itulah diperlukan rijal-rijal pilihan yang memiliki keterlibatan dan keterikatan dan aktifitas jihad dalam rangka mengantisipasi usaha dan gerakan mereka. Keterlibatan seseorang dalam jihad tentunya merupakan mata rantai yang berproses. Dijalan jihad akan tampak orang-orang yang merupakan generasi pilihan.
Dengan demikian, sebagai seorang muslim tentu kita harus optimis dalam memandang masa depan karena kita yakin masa depan di tangan Islam, apabila kita maju bersama Allah dan menjadikan jihad sebagai sarananya. Pernyataan bahwa ' masa depan di tangan Islam ', bukanlah semata-mata isapan jempol atau omong kosong, tetapi ia merupakan hal yang dapat dipertanggungjawabkan karena banyaknya bukti dan alasan kuat. Jadi jihad fi sabilillah merupakan jalan Allah yang harus ditempuh tanpa keraguan dan kebimbangan. Manusia memang selalu dihadapkan pada dua pilihan. Mengikuti Al Haq atau Al Bathil. Dua kutub yang beda ini tidak mungkin akan saling bertemu. Al Haq adalah sesuatu yang bersumber dari Allah.
"Kebenaran itu datangnya dari Rabb-mu, maka janganlah kamu meragukannya". (QS. 2: 147 )
Kebenaran itu kokoh dan kuat tidak terkalahkan. Kemenangannnya pasti dan nyata. Ia bertahta di setiap hati manusia yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di Jalan Rabbani. Sedangkan kebathilan sangat rapuh, teramat lemah dan nisbi. Tidak memiliki kekuatan dan pasti kalah. Ia menyalahi sunnatullah. Dalam Al Qur'an kebathilan di umpamakan Allah dengan buih yang lemah tiada arti.
Kini sudah saatnya kita untuk berpihak kepada al haq secara totalitas tanpa harus berpaling pada yang lainnya. Keberadaan kita harus merupakan anatema (lawan ) dari kebohongan. Masa depan jihad tergantung bagaimana generasi muda Islam dalam mempersiapkan mentalnya sehingga ia mengerti dan mempunyai pandangan yang jelas tentang medan jihad yang akan ia geluti. Sesungguhnya jihad fisabilillah itu mengandung hakikat pertarungan antara haq dan bathil. Ia merupakan arena untuk menentukan siapakah di antara manusia yang berkualitas dan menjadi pilihan Allah. Adapun janji Allah yang merupakan jaminan kemenangan bagi kaum mukmin banyak sekali disebutkan dalam Al Qur'an. Di antaranya firman Allah: "Mereka hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka, akan tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir tidak menyukainya". (QS. 61: 8 )
Meskipun, mungkin saja di satu tempat Islam redup, akibat kendornya semangat jihad di tempat itu, tetapi di dunia ini tidak akan mungkin Islam hilang karena Allah selalu membangkitkan di antara hamba-Nya orang-orang yang istiqamah dalam perjuangan dan mempertahankan al haq. Rasulullah SAW bersabda: "Senantiasa ada di antara umatku yang berdiri tegak membela kebenaran yang tidak terpengaruh oleh perlawanan dari musuh" (HR. Bukhari dan Muslim)
Di samping itu, di hadapan mata kita terpampang kebangkitan umat Islam di mana-mana, di tempat yang jauh ataupun dekat dan Insya Allah kita meyakini sedalam-dalamnya, gelombang kebangkitan jihad dan Islam tidak akan ada yang bisa membendungnya. Amin. sumber : tarbiyah.pk.or.id
#BungaRampai4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar