09 Juli 2013

Akrab boleh, Syar'i harus!

"Yang penting jaga hati"  Begitulah jawaban saat ada yang mengingatkan tentang pentingnya menjaga pergaulan dengan beda gender. Kalau seperti ini, adakah kesia-siaan sabda Nabi yang menandakan Wanita adalah Fitnah dunia? Kalau sudah seperti ini, kan wajar jika di neraka pun disesaki oleh wanita. Ya, dengan menyadari fitrah ini, selayaknya diri ini mampu menjaga keakraban tanpa menurunkan 'izzah (kemuliaan).

Pertolongan Allah memenangkan dakwah ini bukan hanya totalitas amal yaumi kita, namun juga bagaimana kita menghindari hal (dosa) kecil, termasuk perkara pergaulan sesama aktivis dakwah, ikhwan(laki-laki) - akhwat(wanita). Ada beberapa pelanggaran batas-batas pergaulan ikhwan dan akhwat yang masih sering terjadi :
1. Pulang berdua
2. Rapat berhadap-hadapan
3. Tidak menundukkan pandangan (ghadul bashar)
4. Duduk dan jalan berduaan
5. men-tag untuk menikah
6. Telefon tidak urgen
7. SMS tidak urgen
8. Berbicara mendayu-dayu
9. Bahasa yang akrab
10. Curhat
11. YM/Chatting yang tidak Urgen

Mari berbelok ke belakang, orientasi kita sebenarnya mau kemana?Jika mungkin pemakluman ini bisa diterima, ghoyah kita tinggal menunggu kereta penyesalan yang entah berakhir dimana. Lalu, siapa yang bisa menjamin, manusia mampu menjaga 'panah' itu? Tak lupa, segala modus kemanusiaan dilontarkan dengan irama datar. Duhai hati, jawablah!

Justru karena kita manusia, maka akal kita bisa lebih berfungsi daripada makhluk lainnya. Akhwat juga manusia, ikhwan juga manusia, makanya mereka harus paham bahwa manusia tidak semudah itu berbuat salah. Bahwa manusia dengan segala kelebihan ilmu dan pengetahuan pada dirinya tidak semudah itu dimaklumi kesalahannya. Karena sebuah maksiat terjadi dari proses yang panjang dan bersahut-sahutan. Ia tidak terjadi mendadak, tiba-tiba dan tanpa perencaaan. Maka tidaklah adil bila akhirnya sebuah kesalahan bisa serta merta gugur dan terampuni dengan sebuah kalimat "Ikhwan juga manusia, akhwat juga manusia." Benarkan? (Burhan Sodiq , 2008 : 37-38)

Jangan salahkan hati yang telah meradang karena diri yang tak mampu menahan gejolak nafsu. Tak ada yang perlu diadili tatkala 'Merah Jambu' itu hadir karena hati kecil akan membisikkan kebaikan. Dengan hati berdzikir, akan ada 'warning' yang kita pun akan tahu cara me-management qalbu (hati). Bukankah mencegah lebih baik ketimbang mengobati?

Menjadi wanita shalihah, istri yang taat dan ibu yang mendidik, ialah tugas mulia si Tulang Rusuk ini. Ia adalah sebaik-baik perhiasan di dunia. Di kakinya terdapat surga. Namun, tahukah dimana letak surga seorang wanita?  "Tidak dibenarkan manusia sujud kepada manusia, dan kalau dibenarkan manusia sujud kepada manusia, aku akan memerintahkan wanita sujud kepada suaminya karena besarnya jasa (hak) suami terhadap isterinya." (HR. Ahmad)

Jika kita berdakwah karena tujuan diri, maka biarlah berhenti saja di jalan ini sekarang juga. Tapi, jika kita berdakwah karena Allah subhanahuwata'ala, yakinlah Ia akan menyegarkan hati kita, mengokohkan langkah kita, dan memberikan pertolonganNya dalam urusan agama ini. Innallaha balighu amrih. Insya Allah..

Wallahu a'lam bishshowwab

Referensi
Al Quranul Karim
Hadits
Buku Gombal Warning karya Burhan Sodiq

Ku tulis karena ku rindu sebuah nasihat yang (sempat) diremehkan. Ku tulis kembali agar seseorang yang membacanya boleh jadi meremehkan pula, namun kan terasa berarti di waktunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar