06 Mei 2013

Menggugat Jiwa

"Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya" (Asy Syams : 9-10)

Edisi Tadzikyatun Nafs (mensucikan diri) adalah pilihan menarik ketika hati mulai meradang akibat kenafikan diri, sedang jiwa mulai menarasikan keradangan itu.

'Maka menjadi keharusan bagi setiap orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk tidak lalai melakukan muhasabah terhadap jiwanya dalam memperketat dalam berbagai gerak, diam, lintasan dan langkah-langkahnya.' Sebuah kalimat yang dikutip dari buku "Mensucikan Jiwa" oleh Sa'id Hawwa yang terkenal kental spritualitasnya.

"...Di hari yang baru ini Allah telah memberi tempo padaku. Dia memperpanjang usiaku dan melimpahkan nikmat kepadaku dengan usia tersebut. Seandainya Allah mematikan aku niscaya aku akan berandai-andai sekiranya Allah mengembalikan aku ke dunia sehari saja agar aku dapat beramal shalih.."

Anggaplah, wahai Jiwa!
Engkau telah meninggal dan dikembalikan lagi ke dunia, 
Janganlah sampai kamu menyia-nyiakan hari ini!
Karena setiap nafas, mutiara yang tiada terkira nilainya..

 Ketahuilah, wahai Jiwa!
Sehari semalam adalah dua puluh empat jam,
Bersungguh-sungguhlah mengumpulkan bekal!
Jangan kau biarkan perbendaharaanmu kosong!
Jangan kamu cenderun pada kemalasan, kelesuan dan santai,
Sehingga kamu tidak dapat mendapat derajat 'illiyin, sebagaimana orang selainmu telah mendapatkannya..

Penetapan syarat (musyarathah) pada jiwa menjadi tuntutan bagi pedagang di jalan akhirat. Pedagang, yang melakukan perhitungan hingga akhirnya memperoleh keuntungan. Ia untung ketika syarat 'keberuntungan' itu terpenuhi. Menjadi wajiB (qolqolah qubro) membuat syarat bagi jiwa sang pedagang yang melibatkan diri pada perdagangan yang dapat menyelamatkan dirinya dari azab yang pedih. lih As Saff : 10-12.

"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar." (At Taubah :111)

Begitu besar reward Allah bagi para syuhada, Surga. Begitu syahdu pertanyaan Allah dalam ketepatan janji. Sungguh, diri ini malu ketika menginginkan surga namun ragu akan janjiNya. Sungguh, jiwa ini tak layak berkoar-koar dalam jihad namun begitu rapuh ketika badai mendekat. Allahu Robbi, teguhkan!

Jiwaku,
Engkau adalah hamba Tuhanmu,
Yang tercipta dina dari tempat yang hina,
Engkau bukanlah siapa,
Hanya segumpal tanah!

Jiwaku,
Jangan kau lalaikan kewajibanmu,
Kewajiban ialah hak Tuhanmu,
Biasakan taqorrub Ilallah
Bukankah kau mengharapkan surga dengan pengembalian yang tenang?

Jiwaku, 
Cukupkan keluhanmu,
tak akan itu berarti bagimu,
Dia ingin kau kembali pada Tuhanmu,
Di setiap sujud-rukuk di atas sajadahmu.

Jiwaku,
Lakukan kesholihanmu,
Tetapkan targetmu,
Periksa amalmu,
Adakah celah yang bukan untuk Tuhanmu? Istighfarlah..

Jiwaku,
Kau harus tahu,
Aku pun ingin kembali ke keharibaan Tuhanmu,
Tentu saja bersamamu,
Dalam cahaya iman yang terselimut dalam sebuah kata, rindu..

Menderulah duhai Jiwaku..
Bersemangatlah dalam ahsanul amalah-mu..
Tingkatkanlah kualitas dalan kuantitas kerjamu..
Lintasilah paku-paku yang merajam azzammu..
Ingatlah, kau miskin waktu..
Entah di detik ke berapa, kita harus menghadap Tuhanmu, Tuhanku..
Maka, kerjakanlah dengan cinta agar sebuah harmoni antara kau dan aku menjadi nyata...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar