19 September 2013

Cinta Abi Mursi karena Allah

Assalamu’alaikum, Abi..
            Abi.. Kata yang tepat Ananda sematkan padamu. Pada raga yang Allah pikulkan amanah kaum Mesir ‘sejati’ dan harapan umat Islam saat ini. Pada jiwa yang penduduk dunia pun terharu akan kepahlawananmu. Dengan harapan, teladanmu menular mendunia hingga sepenggal Firdaus tak lagi isapan jempol bagi mereka yang telah mati rasa dan asa.
            Abi, keberadaanmu baru Ananda dengar saat “pemberontak” menutup seluruh jaringan tapi jundi-jundi Allah tak kalah saingan. Masih ada tangan-tangan yang turut menghembuskan berita benar sampai ke Negara Ananda, Indonesia. Yah, Abi.. Indonesia. Negara yang mengadu pada negaramu, mengemis pengakuan atas kemerdekaan bangsanya 68 tahun lalu. Abi juga pernah mengunjungi salah satu kota di sini yang dulu ditimpa tsunami, Aceh, dan melipur lara kami akan kepedulian Abi dan Amma-Ammi dari Mesir.
            Abi, Ananda tak mengenal Abi, tapi entah mengapa sebuah rasa cinta tumbuh di hati. Ananda pastikan, Allah-lah yang menautkan hati kita, hati para mukmin yang tak terbeli oleh harta seberat bumi dan sepenuh langit. Rasulullah pun menceritakan makna saudara, yang Ananda sedari baru-baru ini, yakni saat Rasulullah merindukan saudaranya di tengah para sahabat. Saudara yang Rasulullah maksud ialah mereka yang melindungi, mengimani dan mencintainya tanpa bertemu dan melihatnya. Abi pahamkan maksudnya? Bersaudara karena ikatan kuat yang bernama Akidah nan berdiri di atas ketauhidan yang tak terbatas waktu, territorial, budaya maupun musim serta tanpa diawali pertemuan.
            Abi, Ananda beranikan diri menyapamu ‘Abi’ agar suatu saat lahir 10, 100, 1000 bahkan lebih generasi Ikhwan layaknya Abi. Seorang hafidz 30 juz dengan kezuhudan yang tak diragukan. Suami sekaligus Ayah yang mendekatkan Istri-Anaknya pada Allah. Presiden Islam yang tak gentar membuat musuh Allah gemetar. Penyalur bantuan kepada saudara kita di Gaza, Palestina. Dan tentu, penyambung risalah mulia dakwah Rasulullah.
            Abi, terdengar tangisan rakyatmu yang tak elak mundur dari keyakinan agar tahta kepresidenan kembali padamu (al Haq). Tergambar jelas di raut wajah Mesir, masjid-mushola tak lagi senyaman dulu, berlobang dan terlalu hitam akibat peluru dan ledakan. Namun, kain kafan putih bersih, aroma surgawi di derasnya darah yang mengalir serta lukisan senyum para syuhada begitu indah. Sangat indah, begitu menggoda. Hidup mulia atau mati setara syuhada.
            Abi, Ananda takjub dengan hubungan erat Allah dan Abi. “Cintailah penduduk bumi, maka kau akan dicintai penduduk langit” ialah pesan Rasulullah. Abi, dunia Islam mendo’akanmu. Seluruh pelosok negeri peduli padamu. Bukankah ini berarti Abi dicintai penduduk langit dan bumi? Sulit dipercaya dan masuk logika! Ananda pastikan untuk kedua kali, ini karena kita bersaudara karena Allah. Saling mencintai Lillah, Fillah wa Billah.
            Abi, bukan karena tahta Presiden lantas Abi dicinta. Bukan karena kekuasaan, Abi dibela mati-matian. Ini tentang kebenaran, keadilan dan keteguhan yang wajib diperjuangkan. Yang benar sudah terlihat benar. Yang salah jua. Sesama muslim tak mungkin saling menghancurkan, kecuali pelaku/oknum yang haus kekuasaan dan kepentingan.
            Abi, walau dipenjara bersama para Ammi, tapi Abi dan Ammi telah memerdekakan keberanian. Telah turun ribuan, ratusan dan ratus ribuan suara menjeritkan kebebasanmu di jalan-jalan. Menyedot perhatian birokrasi dan masyarakat lugu yang terpedaya oleh media payah. Membuka mata dunia setelah rakyat loyalmu menutup mata. Tetaplah bertahan Abi, kami pun begitu, hingga Allah mengabulkan keyakinan kita atas pertolonganNya.
            Abi, setiap episode perjuanganmu dan kedekatanmu pada Allah menjadi penyulut api ghiroh kami yang mungkin hampir padam karena angin sepoi yang melenakan. Tak tersiar bahwa Abi sekarang gundah gulana. Karena, ketakwaan dan kebersamaanmu pada Allah telah memenuhi relung hatimu yang terdalam. Ah, Ananda cemburu, Bi. Abi ialah saingan terberat meraih cinta Allah, yang Ananda kenal.
Abi, terima kasih atas ketenangan yang terpancar dari wajah shalihmu.
Abi, maaf karena hanya do’a yang bisa Ananda lakukan untukmu.
Abi, semoga kita dipertemukan di surga ya.
Allah, perkenankanlah agar kami berkumpul, bercanda tawa di muara keabadianMu.. Aamiin..
Wassalamu’alaikum, Abi.. ^_^
Palembang, 12 September 2013 pukul 22.52 WIB


AM

*)   Sebuah coretan, melepaskan ocehan dari penatnya amanah ilmy melalui tulisan.
**) Mengikuti lomba menulis surat dengan tema, "Surat Cinta untuk Presiden Mursi" yang diadakan oleh Bersama Dakwah dll.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar