"Bila do'a telah ditadahkan ke langit, usaha dioptimalkan serta ikhtiar pun disempurnakan, tinggal menunggu ketetapanNya dengan tawakal"
Allah-lah pemilik masa, hingga sampai pada inginNya, manusia tinggal memilih; menyerah pasrah atau umm.... aku sulit menarasikan rasa itu...
Aku tak ingin menyerah pasrah, karna ia bagian dari keputusasaan. Dan putus asa itu karunia bagi kaum kafir. Oh Tidak, aku muslim. "Plis sow det yu ar de ril muslim(ah), Anaaa.!!!"
Harus diakui, saat pertama kali mendengar sebuah 'berita' yang memancing keputusasaan itu, aku kalut. Impianku nyaris hancur. Timbul berbagai fikiran negatif; rasa tak enak, tidur tak nyenyak, makan tak kenyang, mandi tak basah.. Dilema yang menusuk.. Ah, kembali aku kalut.
Wajarkah? Wajar dong, manusia fitrahnya adalah sedikit bersyukur. Apa lagi? sering mengeluh.. Satu lagi apa hayooo? Hummm, pelupa!
Manusia lupa,
Lupa jika ada Allah,
Lupa bila semua terjadi seizin Allah
Lupa saat semua harus kembali pada Allah
Yang kurang wajar ialah larut dalam kekalutan. Bila telah terjadi, mari bangkit! Memang sulit, tapi hidup harus tetap dijalani hingga matahari tak bersinar lagi. Ohiya, aku harus meminjam bahu saudariku untuk melakukan itu. Itu sih kalo aku ya.. :)
Ku tawakalkan diriku, ku kembalikan segala urusan pada pemiliknya. Telah ku tunaikan kewajiban hambaku; dan aku hanya tinggal menanti rahmatNya.
Hingga beberapa hari kemudian, penantianku berbuah manis. Hamdalah..
Kabar yang melejitkan kembali detak jantungku; mewajibkan aku tuk menyempurnakan ikhtiar ini lebih kencang.
Bukankah ini bagian dari 'Mafatihul Ghaib'? ^_^
Duhai Allah, jadikan jemariku sebagai saksi akan benarnya cintaku; dalam tiap kata yang tertuang disini. Jangan jadikan ia sumber petaka yang menjauhkan aku dari surgaMu.. Aamiin
To be continued...